Tampilkan postingan dengan label bayi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bayi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Desember 2013

Kiat Agar Pemasangan Anting pada si Kecil Tak Berujung Infeksi

Anak perempuan akan terlihat semakin cantik bila mengenakan anting. Karena itu kali pertama menindik daun telinga anak untuk dipasangi anting, ibu pasti merasa senang sekaligus cemas. Namun, bila tidak hati-hati, pemasangan anting pertama bisa menyebabkan rasa sakit yang teramat, pembengkakan, hingga infeksi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan orangtua sebelum dan setelah menindik telinga anak. 

Kewaspadaan terutama sangat diperlukan pascapenindikan karena pascapenindikan adalah masa yang sangat rentan infeksi. Menurut penuturan ahli, setelah anak ditindik orang tua harus memastikan anak tidak jatuh sakit. Sebab sakit adalah pertanda melemahnya imun yang berarti infeksi mulai menjangkit. 

Lantas bagaimana jika anak menjadi demam setelah telinganya dipasangi anting? Jika demikian, orang tua harus memastikan bahwa tidak ada infeksi pada daun telinga anak. Hal lain yang harus dipastikan oran gtua adalah usia anak ketika akan dipasangi anting untuk pertama kalinya. Minimal, anak telah mencapai usia 6 bulan. Pemasangan anting sebelum anak mencapai 6 bulan memiliki risiko yang lebih tinggi. 

Apa saja hal yang perlu diperhatikan orang tua agar pemasangan anting pertama buah hati sukses dan tidak berujung infeksi? Dikutip dari Boldsky, Selasa (23/12/2013), inilah beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua agar buah hati tidak menderita setelah pemasangan anting pertamanya:  

1. Sebelum menetapkan tanggal pemasangan anting, orang tua harus memastikan anak perempuannya telah mendapatkan vaksin lengkap. Pemberian vaksin yang sudah lengkap adalah agar anak tidak jatuh sakit atau mengalami infeksi setelah pemasangan anting.  

2. Sebelum ditindik, berilah buah hati Anda obat pereda sakit dalam dosis kecil. Hal itu dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan dan rasa sakit anak selama proses penindikan dan sesudahnya. 

 3. Setelah ditindik, daerah seputar lubang telinga harus dibersihkan dengan hidrogen peroksida atau alkohol. Memang rasanya agak perih, tetapi alkohol membantu mencegah infeksi.  

4. Setelah penindikan usai, Anda harus menggerak-gerakkan anting paling tidak dua kali sehari selama enam bulan.  

5. Setelah ditindik, orang tua harus memastikan bahwa anting dikenakan terus-menerus paling tidak selama satu tahun. Beberapa hari setelah penindikan, jangan lupa mengoleskan sejumput kecil minyak kelapa di daun telinga. Itulah beberapa kiat yang harus diingat orang tua sebelum buah hati ditindik daun telinganya. Jangan sampai karena keteledoran kecil, bayi perempuan Anda terkena infeksi. 

 Selamat Mencoba Semoga Bermanfaat 
Salam Sukses & Selalu ActiON! 
Sumber Muamaroh Husnantiya - detikHealth
Read More..

Rabu, 01 Agustus 2012

Ini Syarat-syarat untuk jadi Donor ASI

Bagi para ibu yang tidak dapat atau tidak sempat memberikan ASI eksklusif kepada si jabang bayi, beberapa pihak saat ini telah menyediakan donor ASI dari ibu lain. Karena ASI merupakan cairan hidup, maka penanganannya jelas berbeda dengan susu formula. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pendonor ASI. "ASI adalah makanan alamiah yang terbaik untuk bayi. Karena beberapa keadaan, ibu tidak bisa menyusui bayinya sehingga mencari donor ASI. Namun donor ASI juga dapat menularkan penyakit HIV, hepatitits, herpes dan bakteri," kata Dr. Rosalina D. Roeslani, SpA(K) dari Satgas ASI IDAI dalam acara Seminar Media tentang ASI di kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jakarta, Rabu (1/8/2012). Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya saat ini telah mengembangkan Bank ASI untuk menghimpun ASI yang diperoleh dari para donor untuk diberikan kepada ibu yang membutuhkan. Di Indonesia, aktifitas serupa yang ada saat ini adalah donor ASI. Berbeda dengan bank ASI, donor ASI tidak mencampur ASI dari para donor, melainkan dikelompokkan sesuai nama donor. Untuk mendapatkan donor ASI yang ideal, diperlukan berbagai prosedur agar memastikan ASI dari donor benar-benar steril dan layak dikonsumsi bayi. Proses skrining seharusnya dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah pemeriksaan lisan berupa pertanyaan seputar riwayat kesehatan pendonor. Tahap kedua berupa pemeriksaan medis untuk mendeteksi adanya virus yang berbahaya. Setelah menjalani skrining, barulah pendonor diperkenankan mendonorkan ASI. Setelah didonorkan, ASI masih harus menjalani proses pasteurisasi untuk mematikan bakteri serta virus berbahaya. Tak hanya itu, penyimpanannya pun juga membutuhkan wadah dan suhu khusus agar ASI tetap awet. "Biasanya ibu yang diperbolehkan mendonor minimal menghasilkan ASI 2 - 3 liter per hari, jadi tidak semua ibu boleh donor. Skrining terhadap donor juga dilakukan 3 bulan sekali. Setelah 6 bulan, pendonor tidak direkomendasikan lagi karena ASI yang dihasilkan mulai sedikit," kata Dr Rosalina. Peraturan pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif sebenarnya telah menetapkan persyaratan-persyaratan khusus untuk para pendonor dan penerima donor ASI, yaitu; 1. Donor ASI dilakukan sesuai permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan. 2. Identitas, agama dan alamat pendonor ASI diketahui jelas oleh ibu kandung atau keluarga bayi penerima ASI. 3. Mendapat persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang diberi ASI. 4. Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai indikasi medis 5. ASI tidak diperjualbelikan Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan dikenai sanksi. Namun seperti apa sanksi yang diberikan masih belum jelas sebab masih dalam pembahasan oleh pemerintah. Semoga bermanfaat Sumber Putro Agus Harnowo - detikHealth Read More..

Ini Risikonya Sembarangan Minum ASI dari Donor

Para ibu yang sibuk sering tak punya waktu menyusui si buah hati. Solusinya adalah dengan mencari donor ASI. Namun hati-hati karena asal memberikan ASI dari donor bisa berisiko bahaya. "ASI adalah cairan hidup yang merupakan makanan terbaik bagi bayi, tapi sayangnya ASI juga dapat menularkan berbagai virus," kata dr Elizabeth Yohmi, SpA, IBCLC dari Satgas ASI IDAI dalam acara Seminar Media tentang ASI di kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jakarta, Rabu (1/8/2012). Beberapa virus yang terdeteksi dalam donor ASI yang tidak steril menurut dr Elizabeth adalah: - HIV - Hepatitis - Cytomegalovirus - West nile - Human T-cell lymphotropic Sebelumnya memang pernah ada penelitian dari University of North Carolina yang menemukan bahwa virus HIV akan mati ketika berada di dalam ASI. Tapi penelitian tersebut dilakukan pada tikus sehingga belum tentu dapat digeneralisir kepada manusia. WHO sendiri mengumumkan bahwa kemungkinan penularan HIV lewat ASI adalah sebesar 5 - 20 persen. Bahkan jika tidak mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV), menyusui selama 2 tahun atau lebih sudah dapat melipatgandakan risiko bayi terinfeksi HIV sekitar 40 persen. Hal ini tentu mengkhawatirkan mengingat tingkat kasus HIV di DKI Jakarta makin banyak dan merupakan yang tertinggi di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, jumlah kumulatif kasus AIDS di DKI Jakarta sepanjang 1987 sampai Maret 2012 sebanyak 5.118 kasus dan kasus HIV mencapai 20.216 kasus Selain HIV, salah satu jenis penyakit yang dapat ditularkan lewat donor ASI adalah infeksi Human Lymphotrophic Virus (HTLV). Berbeda dengan HIV, virus ini menginfeksi sel limfosit di dalam tubuh dan memicu munculnya kanker darah atau leukimia dan merusak sistem saraf. Agar dapat memunculkan leukimia, virus ini membutuhkan masa inkubasi selama 20 tahun. "Bayi yang meminum donor ASI mengandung HTLV adalah yang paling rentan sebab bayi kandung dari ibu yang memiliki HTLV telah memiliki antibodinya. Untungnya, kasus HTLV yang berubah menjadi penyakit hanya 1 - 2 persen. Tapi ibu yang terinfeksi berisiko menjadi carrier atau pembawa virus," kata kata Dr. Rosalina D. Roeslani, SpA(K) dari Satgas ASI IDAI. Adanya ancaman ini menegaskan pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan pada ibu pendonor ASI serta ASI dari pendonor. Sebelum melakukan donor ASI, ibu sebaiknya menjalani pemeriksaan menyeluruh mengenai adanya risiko penyakit menular. Pemeriksaan pada ibu ini bisa dilakukan di laboratorium klinis. Agar terhindar dari ancaman virus dan bakteri berbahaya, ASI dari donor harus mendapat penanganan khusus, yaitu dilakukan prosedur pasteurisasi pretoria. Caranya, ASI sebanyak 50-150 mL ditempatkan dalam wadah kaca tertutup 450 mL lalu dimasukkan dalam panci aluminium 1 liter. Tuangkan air mendidih sebanyak 450 mL atau lebih kemudian tunggu selama 30 menit. Semoga bermanfaat Sumber Putro Agus Harnowo - detikHealth Read More..

tUkeRAn LiNk YUK ?!

Silahkan tambahkan sendiri Link Banner para sobat dengan cara menulis alamat URL site dan alamat URL banner ke dalam kolom di bawah ini. Trims.

Silahkan tambahkan sendiri Link Text para sobat dengan cara menulis nama dan alamat URL site ke dalam kolom di bawah ini. Trims.

SpONsOR