Rabu, 21 November 2012

Diabetes Melitus: Deteksi Dini, Hindari Komplikasi

Keengganan mendeteksi dini diabetes melitus (DM) serta tidak menindaklanjutinya dengan pemeriksaan berkala, sama halnya membiarkan penyakit tersebut berkembang menjadi lebih parah. Pemeriksaan laboratorium sebaiknya segera dilakukan terutama jika mengalami gejala klasik DM, yakni sering kencing, sering haus, dan sering lapar. Selain itu, juga sangat dianjurkan jika memiliki satu atau lebih dari faktor risiko DM, seperti:  
riwayat DM dalam keluarga,  
usia di atas 45 tahun,  
kelebihan berat badan atau overweight (indeks massa tubuh ≥ 23 kg/m2), dan 
tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg).  

Faktor risiko lainnya yang juga patut diwaspadai, antara lain: 
- dislipidemia (kolesterol HDL < 35 mg/dl dan/atau trigliserida > 250 mg/dl), 
- kurang aktivitas fisik,
- diet tidak sehat (tinggi gula, rendah serat) 
- riwayat melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg atau riwayat mengalami DM gestasional, 
- riwayat lahir dengan berat badan < 2,5 kg, dan - Polycystic ovary syndrome (PCOS).

Pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan adalah pengukuran konsentrasi glukosa (gula) darah. Diagnosis DM ditegakkan jika hasil pengukuran konsentrasi glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, disertai dengan adanya gejala klasik DM. Pemeriksaan laboratorium lainnya yang tidak kalah penting adalah HbA1c yang mampu mendeteksi keadaan glukosa darah rata-rata selama 3 bulan. Pemeriksaan HbA1c bermanfaat dalam menilai kualitas perawatan DM, memprediksi risiko komplikasi, dan memantau kontrol glikemik jangka panjang serta skrining maupun diagnosis DM serta menghitung estimated average glucose (eAG) Jika hasil pemeriksaannya baik, maka gaya hidup sehat tetap harus dipertahankan. Namun, jika hasil pemeriksaan menunjukkan terdiagnosa DM, maka perlu dilakukan empat pilar pengelolaan DM yaitu edukasi dan pemahaman DM, mengatur pola makan, olah raga, dan pengobatan serta pemantauan hasil terapi melalui pemeriksaan laboratorium. Mengingat pentingnya pemeriksaan HbA1c, maka perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan tersebut sebaiknya dilakukan di laboratorium yang menggunakan metode bersertifikasi national glycohemoglobin standardization program (NGSP) dan terstandarisasi pemeriksaan diabetes control and complication trial (DCCT). Dalam hal ini, Prodia merupakan laboratorium pertama dan satu-satunya di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikat NGSP.  

Semoga Bermanfaat , Salam Sukses & Selalau ActON !!! 
Sumber health.detik.com

Tidak ada komentar:

tUkeRAn LiNk YUK ?!

Silahkan tambahkan sendiri Link Banner para sobat dengan cara menulis alamat URL site dan alamat URL banner ke dalam kolom di bawah ini. Trims.

Silahkan tambahkan sendiri Link Text para sobat dengan cara menulis nama dan alamat URL site ke dalam kolom di bawah ini. Trims.

SpONsOR